Kamis, 04 November 2010

Dim Sum khas Bogor

Bertandang ke kota hujan tak hanya roti unyil saja yang bisa ditemui. Sajian makanan khas negeri tirai bambu yang bernama Dim Sum juga bisa dinikmati. Ukurannya mungil, tampilan yang sedikit berbeda, dan juga harganya yang terjangkau membuat dim sum ini jadi alternatif lain bersantap di kota hujan.

Sudah lama saya mendengar tentang makanan dari negeri tirai bambu yang satu ini. Namun baru kemarin sempat menyambangi warung ini. Dim Sum Kampoeng namanya, berlokasi di Jl.Pajajaran No.43B warung ini cukup mudah ditemui karena terletak persis di belakang Hotel Pangrango.

Suasana warung yang tak terlalu ramai dan menempati satu sisi bangunan dengan halaman yang lapang. Cahaya temaram dari lampu yang menyinari, memang pas untuk mereka yang berpasangan karena jdi berkesan lebih romantis. Meskipun nama warung ini adalah Dim Sum Kampoeng, menu yang disajikan tak hanya seputar dim sum, tapi juga ada ayam bakar, nasi timbel, iga bakar, bubur ayam, pangsit goreng, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Karena memang sejak awal ingin makan dim sum, pilihan saya langsung jatuh pada seporsi bakpao, seporsi dim sum kombinasi, dan juga seporsi dim sum bakar bumbu barbeque.

Dim sum kombinasi datang lebih cepat dari yang lainnya. Berisi empat jenis dimsum, yaitu siomay, hakau, sui-kiauw, dan juga lumpia yang berukuran mini. Keranjang dim sumnya dialasi dengan selembar daun pisang, hmm.. cukup sederhana pikir saya. Mumpung masih dalam keadaan hangat saya langsung menyantapnya dengan mencocolnya ke dalam saus sambal, mayones, dan saus barbeque yang sudah disediakan bersamaan.

Rasanya lumayanlah, tidak terlalu istimewa. Hakau nya hanya berisi sepotong udang saja. Kalau menurut saya keempat jenis dimsum ini agak sedikit over cooked, karena saat diambil dengan menggunakan sumpit sedikit lembek dan juga lengket pada sumpitnya. Kualitas kulit hakaunya kurang prima.

Bakpau pun hadir sebelum saya sempat menyelesaikan dim sum kombinasi. Masih dengan ukurannya yang mini, bakapau ini berjumlah 4 buah dalam satu keranjang. Sebuah bakapo manis berisi kacang hitam, lebih saya suka dibandingkan dengan bakpao isi ayamnya. Mungkin karena bumbu ngohiong nya terasa kurang di lidah saya. Adonan dagingnya juga terasa lembek di lidah.

Sambil menyerutup es lemon tea guna membersihkan tenggorokan, dim sum bakar yang cukup unik di tempat ini datang dalam sebuah hot plate dengan keadaan masih berdesis karena baru saja diangkat. Dim sum mini yang ditaruh di atas plate yang cukup besar ukurannya, terlihat tak seimbang.

Dugaan saya dim sum ini di masak pan-fried terlebih dulu sebelum akhirnya dimasak dengan saus barbeque. Sayurannya tidak di rebus atau di setup, tapi di tumis berbarengan dengan bumbu barbeque. Sebut saja potongan buncis, kacang polong, jagung, dan yang sedikit unik adalah potongan kacang panjang. Rasa saus BBQnya kurang kuat atau kurang 'nendang' dan warnanya pun agak pucat.

Dim sum Kampoeng cukup meredam rasa penasaran saya akan dim sum dari kota hujan. Soal harga, ternyata Dim Sum Kampoeng ini sangat ramah di kantong. Seporsi bakpao dihargai sebesar Rp 11.000,00, sedangkan untuk dim sum kombinasi dan dimsum bakar saus barbeque dihargai sebesar Rp 13.000,00. (eka / odi - detikfood)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar